Saturday 10 December 2016

Muqaddimah Ilmu Tajwid Al Qur'an

No comments:





MUQADDIMAH TAJWID AL QUR'AN

A. Definisi

Menurut bahasa, ilmu tajwid adalah memperbaiki dan memperelokkan atau memperindah sesuatu.
Sedangkan menurut istilah, tajwid adalah membaca Al Qur'an dengan benar sebagaimana bacaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, dengan cara mengeluarkan huruf dari makhrajnya secara benar, memenuhi sifatnya dan memperhatikan hukum bacaannya.

Ilmu tajwid adalah sebuah disiplin ilmu yang menguraikan dan mempelajari cara bacaan Al Qur'an dengan baik dan benar. Di antara hal-hal yang dibahas adalah tempat keluar huruf (makhorijul huruf), hubungan antar huruf (ahkamul huruf), tentang panjang pendeknya ucapan (ahkamul maddi wal qasr), dan bagaimana memulai dan menghentikan bacaan (ahkamul waqf wal ibtida).

B. Hukum

Hukum mempelajari teori ilmu tajwid adalah fardhu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Sedangkan hukum mempraktekkan ilmu tajwid dalam membaca Al Qur'an ialah fardhu 'ain atau kewajiban setiap individu. Sebagaimana yang termaktub dalam Al Qur'an surah Al Muzammil (73) ayat 4.

Menurut Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, yang dimaksud dengan tartil adalah tajwid. Saat beliau ditanya "Wahai Ali, apa maksudnya membaca Al Qur'an dengan tartil ???
Beliau menjawab:



Artinya: "Tartil adalah membaguskan huruf-huruf dan mengetahui tempattempat waqafnya."

Rasulullah juga menjelaskan dalam hadits;

زينواالقرآن باصوا تكم


Artinya: "Hiasilah Al Qur'an dengan suara kalian." (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i)

Kewajiban penggunaan tajwid ketika membaca Al Qur'an dijelaskan pula oleh Imam Muhammad Ibnu Jazari (wafat 833 H) dalam kitabnya yang berjudul Muqaddimah dengan bait-bait berikut:


Artinya: "Membaca Al Qur'an dengan tajwid itu hukumnya  wajib. Siapa yang tidak membacanya dengan tajwid adalah orang yang berdosa. Karena Allah subhanahu wa ta'ala menurunkannya dengan tajwid. Dan demikianlah Al Qur'an dari-Nya sampai kepada kita. Tajwid adalah ciri khasnya tilawah. Sekaligus tandanya suara dan qira'at."

C. Tujuan



Artinya: "Menjaga lisan dari kesalahan ketika membaca ayat-ayat suci Al Qur'an atau mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat."

Wa'zi atau pencetus ilmu tajwid yakni para imam qira'at (a immatul qira'at). Tentu saja pastinya wa'zi asli dari semua ilmu hakikatnya adalah Allah Azza wa Jalla, sesuai dengan sifatnya 'Aalimul Hakiim.

Mempelajari ilmu tajwid sangat mulia dan lebih diutamakan karena tajwid merupakan salah satu ilmu yang langsung berhubungan dengan Al Qur'an. Mempelajari ilmu tajwid memiliki banyak faedah atau keutamaan. Di antara keutamaannya, yaitu:

1. Merupakan Amal Terbaik

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannys." (HR. Bukhari)

2. Memberi Syafaat Di Hari Kiamat

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه


Artinya: "Bacalah Al Qur'an, sesungguhnya ia pada hari Kiamat akan datang menolong pembacanya." (HR. Muslim)

3. Mendapatkan Derajat Yang Tinggi dan Pahala Yang Banyak

الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ،

وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ

Artinya: "Orang yang membaca Al Qur'an dan dia mahir membacanya, akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat. Sedangkan yang membaca Al Qur'an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala." (HR. Bukhari no. 4937 dan Muslim no. 244)

4. Mendapat Sakinah dan Rahmat

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Artinya: "Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikelilingi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya. (HR. Muslim no. 2699)

5. Menjadi Pembeda Antara Mu'min dan Munafiq

 مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثلُ المُنَافِقِ الَّذِي يقرأ القرآنَ كَمَثلِ الرَّيحانَةِ : ريحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ  .

Artinya: "Perumpaan seorang mu'min yang rajin membaca Al Qur'an adalah seperti buah Al Atrujah; aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu'min yang tidak membaca Al Qur'an adalah seperti buah Tamr (kurma); tidak ada aromanya namun rasanya manis. Perumpaan seorang munafiq, namun ia rajin membaca Al Qur'an adalah seperti buah Raihanah; aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpamaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al Qur'an adalah seperti buah Hanzhalah; tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit." (HR. Bukhari no. 5427 dan Muslim no. 797)

No comments:

Post a Comment